DETEKSI ADANYA BAKTERI PADA AIR MINUM DALAM KEMASAN GALON

“Akses untuk mendapatkan air bersih sangat penting untuk anak-anak agar mereka mampu bertahan hidup dan berhasil mengembangkan kemampuan untuk belajar, meraih sesuatu, dan berkembang dengan baik.”
– Clarissa Brocklehurst, Kepala Proyek Sanitasi dan Higienis (WASH), The UNICEF Water.

Anda termasuk konsumen air isi ulang? Waspadalah, ternyata air isi ulang juga masih tercemar bakteri.“Dari hasil survei  yang telah dilakukan, sekitar 40 persen air isi ulang yang beredar di pasaran ternyata telah tercemar bakteri.

Air adalah kehidupan. Namun, di dunia yang tigaperempatnyanya terdiri dari air, hanya satu persen air yang layak dikonsumsi. Maka kita berisiko terkena penyakit yang diakibatkan pencemaran air.

Saat kini, mengonsumsi air minum yang tak sehat merupakan salah satu faktor utama berkembangnya penyakit yang ditularkan melalui air, termasuk hepatitis, tifus, dan diare. Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyakit yang paling mematikan nomor dua bagi para balita. Penyakit yang penularannya melalui air menyebabkan 1,4 juta bayi meninggal setiap tahun. Kematian anak-anak karena diare lebih banyak daripada total kematian akibat gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak.

Penyakit yang ditularkan melalui air biasanya diakbatkan oleh bakteri coliform. Mereka biasa ditemukan di saluran sistem pengolahan air. Bakteri ini merupakan organisme yang biasanya tidak berbahaya, coliform hidup di lingkungan sekitar kita dan dalam kotoran hewan berdarah panas dan manusia.

Patogen dalam air kebanyakan berasal dari kotoran manusia atau hewan. Beberapa patogen yang telah dikenal sejak beberapa dekade lalu adalah giardia lamblia (giardiasis), cryptosporidium (cryptosporidiosis), hepatitis A (penyakit terkait hati), dan helminths (cacing parasit).

Bakteri coliform dalam air minum dikategorikan menjadi tiga golongan, yaitu coliform total, fecal coliform, dan E. coli. Masing-masing memiliki tingkat risiko yang berbeda. Coliform total kemungkinan bersumber dari lingkungan dan tidak mungkin berasal dari pencemaran tinja. Sementara itu, fecal coliform dan E. coli terindikasi kuat diakibatkan oleh pencemaran tinja, keduanya memiliki risiko lebih besar menjadi patogen di dalam air.

Bakteri fecal coliform atau E. coli yang mencemari air memiliki risiko yang langsung dapat dirasakan oleh manusia yang mengonsumsinya. Kondisi seperti ini mengharuskan pemerintah bertindak melalui penyuluhan kesehatan, investigasi, dan memberikan solusi untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air.

Bisakah air minum mengandung bakteri dapat dilihat secara kasat mata?
Tidak bisa. Untuk mengetahui apakah ada bakteri dalam air minum memang harus diteliti di laboratorium. Tapi, Anda bisa mendeteksi secara fisik apakah air layak diminum. Dari segi fisik, air minum tak boleh memiliki bau, rasa, dan warna (harus jernih).

Melalui tes laboratorium dapat diteliti dari segi kimia. Air minum harus bebas dari kandungan zat kimia berbahaya, seperti logam berat (air raksa atau merkuri (Hg), timbal (Pb) dan Au) aluminium, besi, serta klorida.

Sedangkan, dari segi mikrobiologi, air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri patogen (bersifat racun sehingga dapat menimbulkan penyakit). Bakteri yang tergolong patogen adalah E.coli, Salmonella typhii, dan sejenisnya. Karena telah mendapatkan proses sterilisasi, harusnya AMIU dapat langsung dikonsumsi.

Dua puluh empat tiga puluh sampel minum air yang diambil dari setiap galon telah diidentifikasi sebagai mengandung beberapa bakteri dengan jumlah indikator TPC 1-22 CFU / ml. TPC jumlah sampel keseluruhan menunjukkan bahwa jumlah bakteri cenderung meningkat setelah disimpan dalam dispenser air untuk jangka waktu tertentu. Dalam dua hari, jumlah TPC telah mencapai 2-98 CFU / ml, dan setelah empat hari mencapai 3-166 CFU / ml. Penelitian menunjukkan bahwa ketiga sampel tidak dikonsumsi setelah disimpan dalam dispenser air selama empat hari, karena mengandung bakteri dengan jumlah TPC lebih dari 100 CFU / ml. Peningkatan jumlah bakteri, sebagai air yang disimpan di dispenser, mungkin disebabkan oleh reproduksi bakteri yang awalnya terkontaminasi air minum. Jika tidak, peningkatan jumlah TPC mungkin juga disebabkan oleh bakteri dalam air dispenser sendiri. Disarankan bagi konsumen untuk membersihkan dispenser air sebelum mereka tukar galon untuk mencegah kontaminasi bakteri dalam air minum mereka.

 

Penggunaan dispenser memang membuat penyajian air minum menjadi praktis sesuai dengan kebutuhan penyajian tetapi kebersihan dispenser umumnya kurang diperhatikan oleh konsumen. Penggunaan dispenser berulang ulang tanpa pembersihan bagian dalam dispenser memungkinkan tumbuhnya mikroba. Resiko pencemaran mikroba ini dapat terjadi baik pada keran bersuhu normal, dingin ataupun panas karena mikroba dapat tumbuh pada suhu dingin / psikrofilik, normal / mesofilik ataupun panas / termofilik. Dampak pencemaran mikroba dalam dispenser kemungkinan dapat menyebabkan gangguan pencernaan berupa diare yang biasanya terjadi pada orang orang yang mempunyai daya tahan tubuh rendah, misalnya wisatawan Pencemaran Air Minum dapat terjadi di tingkat produsen, penjual ataupun konsumen. Air layak minum harus memenuhi syarat kimiawi maupun bakteriologis. Salah satu indicator untuk air layak minum adalah jumlah bakteri yang terkandung. Menurut persayaratan Dirjen POM , batas cemaran bakteri dalam makanan dan minuman adalah angka TPC < 100 / ml sample.

Persyaratan Air Minum Secara bakteriologis Angka TPC dalam air minum < 100 / ml (Dirjen POM,1989) 2.2. TPC TPC merupakan pemeriksaan kuantitatif terhadap bakteri dalam sample. TPC adalah Total Plate Count, yaitu suatu hitungan jumlah bakteri yang terkandung di dalam 1 ml sample. (Pelczar,JM dkk.1988) 2.3. Bakteri pada air (Pelczar,JM dkk.1988) Air secara alamiah terdiri dari 3 klasifikasi yaitu Air atmosfir merupakan air yang terkandung dalam awan dan dipresipitasikan sebagai hujan, salju atau hujan batu es.. Bakteri penghuninya banyak berasal dari udara Air permukaan merupakan kumpulan air sebagai danau , sungai, laut . Bakteri penghuninya sangat banyak yang berasal dari air atmosfir, aliran air pada permukaan tanah dan limbah industri maupun rumah tangga. Air bawah permukaan tanah. Merupakan air di bawah permukaan tanah yang semua pori tanahnya serta ruang di dalam dan diantara batuannya jenuh dengan air. Bakteri penghuninya paling sedikit karena dipengaruhi oleh proses penyaringan oleh tanah. 2.4. Air Minum Dalam Kemasan. Air Minum Dalam Kemasan adalah air yang telah disterilkan dan layak dikonsumsi , dikemas dalam cup atau botol berbagai ukuran . Bahan baku air ini umumnya dari sumber mata air pegunungan . Beberapa Kejadian Pencemaran Mikroba pada Air minum Dalam Kemasan Norovirus (Norwalk like virus ) pernah terdeteksi pada 3 merek air mineral di Eropa (Beure et al,2002) Di Afrika Selatan ditemukan sejumlah bakteri pada 2 dari 10 botol yang diperiksa yang diduga karena kegagalan dari proses ozonisasi atau pencemaran oleh pekerja (Marthie et al, 2004) Terdapat bakteri pada Air Minum Dalam Kemasan Galon tetapi masih dalam batas normal dan layak dikonsumsi Terdapat perbedaan angka TPC antara Air langsung dari kemasan dengan Air yang sudah disimpan dalam dispenser Terdapat perbedaan angkan TPC antara Air yang disimpan dalam dispenser selama 2 hari dengan air yang disimpan dalam dispenser selama 4 hari Ada peningkatan angka TPC antara Air langsung dari kemasan dengan air yang disimpan dalam dispenser selama 2 hari dan 4 hari Perlu diteliti lebih lanjut jenis bakteri pencemar pada dispenser Disarankan untuk membersihkan / disinfeksi bagian dalam dispenser setiap penggantian Air Minum Dalam Kemasan Galon Disarankan untuk membuang / tidak dikonsumsi satu gelas pertama dari dispenser setelah penggantian air minum dalam kemasan galon

Jadi, bagaimana agar tetap aman mengonsumsi air minum isi ulang?
Perhatikan sanitasi botol kemasan. Berikut langkah-langkahnya:
– Cuci botol kemasan dengan sabun pembersih alat dapur yang tidak beraroma. Tujuannya agar tidak mempengaruhi rasa air yang akan diisi nanti.

– Setelah bersih dari air sabun, bilas botol dengan air panas (suhu 80 derajat Celcius).

– Lalu, tutup botol dengan rapat dengan plastik bersih. Buka tutup tersebut, tepat sebelum botol diisi air minum isi ulang, sehingga debu tidak mudah masuk.

Selain itu, lakukan usaha-usaha desinfeksi sendiri di rumah, misalnya rebus air minum isi ulang tersebut di atas api hingga mendidih selama minimum 2 menit.